Senin, 21 November 2016

Sistem Pendidikan Pondok Pesantren

            Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang dan sesuai dengan perkembangan serta kemajuan zaman karena saat  sekarang kita berada dalam era globalisasi yang serba canggih dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat. Sehingga untuk meningkatkan kualitas hidup pondok pesantren harus selalu berproses menuju kerah yang lebih baik dengan meningkatkan kualitasnya.
            Sistem merupakan suatu keseluruhan komponen yang masing-masing bekerja dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju kearah satu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen yang bertugas sesuai dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan lainnya dalam rangkaian satu sistem. Sistem yang mampu bergerak secara terpadu bergerah ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan terpadu dari semua satuan  dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya, untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
            Sedangkan dalam pesantren dengan pola hidup bersama antara santri dengan kiai dan masjid sebagai pusat aktifitas merupakan suatu sistem pendidikan yang khas yang tidak ada dalam lembaga pendidikan lain. Keunikan lain yang terdapat dalam sistem pendidikan pesantren adalah tentang metode pengajarannya sebagai berikut:
1. Sorogan
            Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa sodoran atau yang disodorkan artinya suatu sistem belajar secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, terjadi interaksi saling mengenal diantara keduanya.. Seorang kiai atau guru menghadap satu persatu, secara bergantian. Sedangkan dalam pelaksanaannya, santri datang secara bersama-sama, akan tetapi para santri antri menunggu gilirannya.
            Sistem sorogan ini menggambarkan bahwa kiai dalam memberikan pengajarannya senantiasa berorientasi pada tujuan, selalu berusaha agar santri yang bersangkutan dapat membaca, mengerti dan mendalami isi kitab. Dengan adanya suatu sistem pengajaran dengan sorogan ini seorang kiai mampu mengevaluasi langsung kemampuan santri, dan hubungan antara santri dan kiai lebih dekat.


2. Wetonan
            Istilah wetonan berasal dari bahasa Jawa yang artinya berkala dan berwaktu. Wetonan ini merupakan suatu bentuk rutin harian, akan tetapi dilaksanakan pada saat-saat tertentu. Misalnya dilaksanakan pada setiap hari Jum’at, sholat shubuh dan sebagainya. Kiai membaca kitab dalam waktu tertentu dan santri dengan membawa kitab yang sama mendengar dan menyimak bacaan Kiai itu. Tidak ada ketentuan absensi, sehingga santri bisa datang atau tidak. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa sistem pengajaran dipondok itu bebas, bebas untuk belajar dan tidak belajar.
            Dalam sistem pengajaran ini apa yang dibaca Kiai tidak dapat dipastikan karena kadang kitab tidak ditentukan dan terkadang pula ditentukan. Sedangkan dalam penyampaiannya kepada santri bermacam-macam, ada yang dengan diberi makna dan ada juga yang diartikan bebas.
3. Bandongan
            Dalam sistem bandongan ini bisa juga disebut halaqoh yang dalam pengajarannya, kitab yang dibacakan kiai dan yang dibawa oleh santri adalah sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak bacaan sang guru.
            Ketiga pola pengajaran tersebut diatas ini dapat berlangsung tergantung pada otoritas seorang kiai baik yang berkaitan dengan waktu, tempat, materi pelajaran dalam proses belajar mengajar.
            Dalam perkembangan selanjutnya, untuk mempermudah proses pembelajaran maka diterapkan suatu sistem madrasah dan klasikal sebagai bentuk pengembangan dan pembaharuan dari  ketiga metode tersebut diatas. Perkembangan ini dapat dijumpai hampir diseluruh pesantren sekarang, selain sistem madrasah, klasikal, diniyah, denagn perjenjangan dan evaluasi yang jelas dan terstruktur.
            Namun demikian, bukan berarti lantas ditinggalkan karena tidak efektif. Akan tetapi metode-metode dalam pembelajaran harus selalu mempertimbangkan tingkat pencapaian hasil belajar siswa dengan bukti memiliki efektifitas yang tinggi. kelebihan dari metode sorogan adalah memungkinkan seorang kiai atau ustadz mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang santri dalam menguasai materi. Sedangkan tingkat efektifitas bandongan adalah terletak pencapaian kuantitas dan percepatan kajian kitab, selain juga untuk tujuan kedekatan relasi santri, kyai atau ustadz. Secara teoritis, harus diakui bahwa setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing.
 Sedangkan menurut Mukti Ali sistem pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia ini yang paling baik adalah sistem pendidikan yang mengikuti sisitem pondok pesantren, sedang pengajarannya mengikuti sistem madrasah, dengan kata lain madrasah dalam pondok pesantren adalah bentuk pengajaran dan pendidikan Islam yang paling baik.
Persentuhan dua sistem pesantren dan madrasah, Depag dalam hal ini membagi bentuk pondok pesantren menjadi empat bentuk yang tertuang dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1979 tentang bantuan pondok pesantren menjadi:
  1. Ponpes tipe A adalah pondok yang seluruhnya dilaksanakan secara tradisional;
  2. Ponpes tipe B adalah pondok yang menyelenggarakan pengajaran secara klasikal (madrasi);
  3. Ponpes tipe C adalah pondok yang hanya merupakan asrama, sedangkan santrinya belajar diluar;
  4. Ponpes tipe D adalah pondok yang menyelenggarakan sistem ponpes sekaligus sistem sekolah dan madrasah.

sumber:http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/9182-sistem-pendidikan-pondok-pesantren.html

0 komentar:

Posting Komentar